Peranan Islam Dalam Kehidupan Rumah Tangga


Kalau kita mengajukan satu pertanyaan kepada setiap wanita yang kita jumpai : "apa impianmu yang paling utama dalam hidup ini?" dia pasti akan menjawab : "Menikah!" Lalu kalau kita menanyai pertanyaan lain :"Apa yang kamu inginkan dari menikah?" tentu dia akan menjawab :"Suami yang membuatku bahagia dan keluarga yang selalu aku sirami dengan air suci cinta dan kasih sayang".

Inilah keinginan terbesar yang diimpikan setiap wanita. Lalu bagaimana cara mewujudkan impian tersebut? Bagaimana cara membangun keluaraga harmonis yang penuh cinta dan kasih sayang? Kalau kita mencari-cari cara terbaik untuk membangun keluarga idaman, pasti tidak akan menemukannya, kecuali dalam Islam. Mengapa hanya dalam Islam dan tidak yang lain?

Itu karena Islam telah meletakkan wanita pada posisi yang terhormat, posisi yang penuh dengan penjagaan dan pemeliharaan terhadap hak-haknya, posisi yang penuh dengan pengagungan dan penghormatan akan jati dirinya. Kehidupan rumah tangga dalam Islam adalah sesuatu yang suci, sesuci ritual ibadah kepada Allah. Mahligai rumah tangga laksna mihrab yang diterangi pelita kesucian yang tidak boleh dikotori dengan benda-benda najis.

Pasangan suami istri dalam kaca mata Islam tidak berjumpa dalam mahligai rumah tangga secara serampangan, tidak juga karena suatu kebetulan. Masing-masing tidak pernah menyerahkan dirinya kepada yang lain, tetapi keduanya bersua di atas meja cinta dan keserasian. Hati keduanya saling memahami sebelum lisan berbicara. Itulah asas rumah tangga dalam Islam, CINTA dan KASIH SAYANG. Islam memberikan kebebasan kepada wanita untuk menentukan pasangan hidupnya, yaitu kebebasan yang sama besarnya dengan kebebasan yang diberikan kepada laki-laki dalam menentukan teman hidupnya. Orang tua tidak berhak memaksa anak gadisnya untuk menikah dengan pemuda yang tidak dicintainya, karena pemaksaan hanya akan berakibat penyesalan yang tiada berujung.

Laki-laki juga demikian. Tidak mungkin menikah dengan seorang gadis hanya untuk menyenangkan ibunya atau ayahnya. Dia akan menikahi gadis yang menurutnya bisa menjadi naungan seperti sebuah pohon rindang, yang bisa menghilangkan rasa letih dalam mengarungi perjalanan hidup yang panjang dan melelahkan, dan yang bisa menghilangkan haus dan lapar dengan buahnya yang ranum dan segar.

Islam telah memerintahkan suami untuk menjaga istrinya dengan baik, menyayanginya sepenuh hati seperti sinar rembulan yang menerangi pejalan kaki di tengah malam yang gelap gulita. Cinta yang tulus dari seorang suami akan membuat si istri tabah dan kuat dalam mengarungi kehidupan yang kerap diterjang badai dan ombak. Suami harus membantu istrinya dalam mengurus rumah tangganya, menyuapinya makanan dengan penuh kasih sayang, menghiburnya kala cobaan datang mengeruhkan beningnya kehidupan, memupuk cinta yang ada di hatinya, menjaga lisannya agar tetap berkata lemah lembut penuh kemesraan, pujian, dan sanjungan terhadap istrinya, memuji kecantikannya ketika memakai baju baru, atau menyisir rambutnya yang panajang tergerai. Suami juga harus membisikkan kata-kata cinta penuh kemesraan di telinganya ketika mencium harumnya wewangian yang dipakainya, memuji kepandainnya dalam menghidangkan masakan yang lezat, mengatur perabotan rumah tangga dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya.

Suami juga harus pandai berterimakasih atas kemampuan istrinya dalam mengatur perekonomian keluarga, memuji kepandainya dalam menyesuaikan pengeluaran dan pemasukan, memahami kekurangan yang dimiliki istrinya. Jika ada kekeliruan Ia tidak menegurnya dengan kata-kata kasar penuh cacian dan penghinaan, tetapi dengan kata-kata lembut yang menyentuh perasaanya. Suami harus senantiasa menampakan sikap yang menyenangkan istrinya, seakan akan istrinya adalah wanita tercantik dan termanis yang pernah ada, yang setiap hari nampak bertambah cantik dan menarik perhatiannya. Tanpa istrinya seakan hidupnya tiada arti.

Seorang suami juga harus menganjurkan istrinya untuk bersilaturrahim, mengunjungi kerabat dekat dan familinya sebisa mungkin, menganggap keluarga istrinya seperti keluarga sendiri, dan mengagumi apa yang dikagumi istrinya, sehingga hati istrinya merasa tenang, karena dia merasa bahwa perasaannya klop dengan perasaan suaminya. Suami juga harus bisa mengikuti hobbi yang disenangi istrinya sebisa mungkin. Dengan catatan bahwa hobbi tersebut tidak bertentangan dengan ajaran -ajaran islam. Jika itu terjadi, maka suami harus mampu membatasinya sebijak mungkin.

Suami juga harus berusaha menjadikan kehidupan rumah tangganya seperti sebuah cermin. Bayangan yang ada di dalamnya adalah sesuatu yang nyata, bukan palsu dan tipuan. Dia tidak boleh menampakkan satu wajah di hadapan istrinya, dan wajah yang lain ketika berada jauh darinya, karena Islam menjadikan orang-orang munafiq sebagai kelompok manusia yang mendapatkan adzab paling pedih pada hari Kiamat.

Perhatian adalah sesuatu yang sangat penting dalam keluarga. Suami harus selalu mencurahkannya untuk istri dan seluruh anggota keluarganya. Perasaan juga tidak kalah pentingnya. Karena itu, suami harus selalu berusaha memperbarui perasaan cintanya kepada istrinya. Hal itu bisa dilakukan dengan cara selalu menampakkan cinta dan kasih sayangnya, merasa takut kehilangannya, dan selalu meyakinkan istrinya bahwa ia adalah dunia dan akhiratnya. Ingat, istri itu selalu pencemburu, bahkan terhadap seorang bidadari sekalipun yang dijanjikan untuk setiap laki-laki di surga kelak.

Suami juga harus hati-hati dalam bersikap di hadapan keluarga istrinya. Dia seharusnya memperlakukan mereka dengan sopan dan santun. Jangan sekali-kali memancing kemarahan mereka. Lebih baik bersikap penuh kehatia-hatian layaknya dia sedang menghadapi binatang buas yang setiap saat bisa menerkamnya.
Dalam urusan belanja pribadinya, suami juga harus mengencangkan ikat pinggangnya. Jangan sampai dia bersikap boros. Usahakan untuk tidak membeli sesuatu kecuali yang sangat mendesak dan benar-benar dibutuhkan, berusaha untuk menambah penghasilan dengan cara-cara yang halal, dan tidak membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, baik bagi dirinya maupun keluarganya, karena menggunakan waktu sebaik mungkin untuk kepentingan keluarga adalah sebuah jihad di Jalan Allah yang akan diberi pahala.

Dalam urusan pendidikan, suami harus bisa bekerjasama dengan istrinya dalam mendidik anak-anak, terutama dalam masa balita dan remaja, karena mereka adalah buah cinta keduanya. Mematangkan mereka dalam bidang keilmuan dan moral adalah tanggungjawab berdua secara bersamaan. Suami harus berusaha sekuat tenaga untuk menyenangkan istri dan anak-anaknya, dan yang penting adalah bagaimana dia bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi mereka dalam segala aspek kehidupan. Ingat , suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Keutuhan dan kehancurannya ditangan suami.

Itulah sekilas tentang ajaran Islam bagi suami dalam rumah tangga, supaya rumah tangganya menjadi sakinah penuh cinta dan kasih sayang, jauh dari segala pertengkaran dan pergolakan. Lalu bagaimana ajaran Islam untuk para istri dalam rangka menciptakan rumah tangga yang bahagia? Islam mengajarkan untuk mereka kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, rasa aman yang tinggi, dan kesejahteran.

Istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya, dengan senyum manis senantisa terkembang, pandangannya hangat penuh cinta dan tutur kata lembut penuh kemanjaan. Ia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya. Tubuhnya harum mewangi, wajahnya cerah, perilakunya lembut, dan tutur katanya mendatangkan kedamaian di hati, sehingga suami benar-benar merasa bahwa rumahnya adalah surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan.

Ia bagaikan bunga yang segar dan menyejukkan mata. Hatinya bening sebening mata air pegunungan. Senyumannya manis semanis telaga madu. Wajahnya terang secerah bulan purnama. Jika suaminya sakit, ia menjadi dokter pribadinya yang senantiasa setia menemaninya. Jika dunia gelap di matanya, ia menjadi pelita yang siap menerangi jalannya. Jika ia kehausan, ia menjadi pelepas dahaga yang menyejukkan. Pokoknya, apapun yang dilakukannya selalu menebarkan pesona di mata suaminya. Kelemah lembutannya dalam memperlakukan suaminya sama dengan perlakuannya terhadap teman-teman deketnya, penuh keakraban dan senda gurau.

Istri yang baik tidak pernah merasa tenang jika suami tercintanya berada dalam masalah. Matanya tidak pernah bisa dipejamkan manakala suaminya bersedih dan bermuram durja. Perasaanya yang halus mampu mendeteksi apa yang ada dalam hati suaminya sebelum ia mengatakannya. Ia bisa menebak apa yang berkecamuk dalam benak suaminya sebelum ia menceritakannya.

Istri muslimah yang shalihah hidup dengan suaminya sepenuh hati, sepenuh perasaan, sepenuh jiwa dan raganya. Perasaan dan pikirannya tidak pernah lepas dari pasangannya. Detak jantungnya adalah detak jantung suaminya, selalu berbagi suka maupun duka. Dikala suka ia membaginya untuk suami tercinta. Senyum diwajah suaminya mampu menghilangkan semua duka yang menderanya. Suami baginya adalah benteng yang kokoh, pedang yang tajam, sungai yang mengalirkan air jernih, ladang yang subur, dan pelita yang terang benderang.

Ibadah menjadi aktivitas yang tak pernah terlewatkan. Dia mendekatkan diri kepada Rabbnya dengan melayani suaminya setulus hati. Bukankah islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya? Seorang istri bisa menadapatkan pahala ash-shiddiqin (orang-orang jujur dan tulus) jika selalu jujur dalam tindakan dan ucapannya. Dia juga bisa mendapatkan pahala al-abrar (ahli kebajikan) jika mampu memenuhi semua kewajiban terhadap suaminya. Dia juga bisa mendapatkan pahala asy-syuhada jika ia mampu melewati kesulitan dalam mengurus suami dan anak-anaknya.

Jika ia mampu menjaga kehormatan dan melaksanakan kewajibannya dengan baik, do`anya bisa terkabul dan masuk surga dari pintu manapun dia suka Subhanaallah. Dia juga akan senantiasa dijaga oleh para malaikat jika mampu mensucikan fitrah dan akhlaknya dari segala kotoran dan najis ruhaniyah. Dia juga bisa menjadi bidadari suci jika mampu membersihkan hatinya dengan air keimanan dan menjaganya dari bisikan-bisikan hawa nafsu. Dia juga bisa mencatat sejarah dengan melahirkan generasi genius jika mampu mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam.

Untuk mewujudkan semua impian itu tiada yang bisa dilakukannya, kecuali mencontoh para wanita salafush shaleh, menjadikan mereka figur-figur yang diidolakan sepanjang masa. Mereka berbagi suka dan duka dengan suami-suami mereka tanpa keluh kesah. Perjuanagan mereka layak mendapatkan medali penghargaan yang layak selayak yang diterima para syuhada yang gugur di medan perang. Bukankah Allah telah memuji mereka dalam Al Qur`an Al Kariim?

Wanita memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptkan kehidupan yang baik. Jika ia memiliki impian untuk menyulap rumhnya menjadi kebun surga yang indah, pasti ia mampu melakukannya dengan sedikit biaya. Rumah tangga yang baik bukanlah rumah yang selalu dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah kebahagiaan adalah yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana. Betapa besar perhatian Islam dalam urusan cinta! Pastilah salah besar jika ada yang menuduh Islam mengajarkan kekerasan dan teror.



Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar