Akhlak Pergaulan Remaja Sesuai Ajaran Islam


Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-norma kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’, serta memenuhi segala hak yang berhak mendapatkannya masing-masing menurut kadarnya.

Agama Islam menyeru dan mengajak kaum muslimin melakukan pergaulan di antara kaum muslimin, baik bersifat pribadi orang seseorang, maupun badan dalam bentuk kesatuan.

Karena dengan pergaulan, kita saling berhubungan mengadakan pendekatan satu sama lain, bisa saling tunjang menunjang dan saling isi mengisi dalam kebutuhan serta dapat mencapai sesuatu yang berguna untuk kemaslahatan masyarakat yang adil dan makmur serta berakhlaqul karimah.

Kemaslahatan masyarakat yang dilandasi dengan akhlaqul karimah tidak akan terwujud, kecuali dengan membangun pergaulan yang bagus dan sehat.

Islam adalah agama yang dilandasai persatuan dan kasih sayang. Kecenderungan untuk saling mengenal di antara sesama manusia dalam hidup dan kehidupannya, merupakan ajaran Islam yang sangat ditekankan.

Islam bukan agama yang didasarkan pada hubungan liar yang tidak mengenal batas, tetapi Islam mempunyai garis hidup yang kongkrit dalam batasan-batasan hidup bermasyarakat. Secara garis besar pergaulan itu dapat dilihat dari beberapa lapisan.

Lapisan pertama, mereka yang umurnya lebih tua dari pada kita, atau yang lebih banyak ilmunya atau banyak ibadahnya.

Maka hendaknya dalam memandang mereka, kita berperasaan bahwa mereka mempunyai keutamaan, dan kepada merekalah kita memberikan penghormatan yang semestinya.

Lapisan kedua, ialah mereka yang umurnya setaraf dengan kita. Mereka harus kita hormati, walaupun umurnya setaraf karena mungkin mereka lebih tinggi akhlaqnya dengan kita, amalnya lebih banyak dari pada kita dan dosanya lebih sedikit dari pada kita.

Lapisan ketiga, mereka yang lebih muda umurnya dari pada kita. Golongan inipun harus kita hormati secara wajar karena mereka lebih muda dan lebih kurang keburukannya dari pada kita, dibandingkan dengan kita yang sudah lanjut umurnya.

Adab bergaul dalam Islam.

Ada beberapa adab pergaulan dalam Islam,antara lain seperti:
1. Menyukai untuk saudara seagama apa yang disukai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuk mereka apa yang dibenci untuk dirinya sendiri.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (HR. Bukhari dan Muslim).

2. Tiada menyakiti seorang muslim, baik dengan perbuatannya, maupun dengan perkataannya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim ialah yang mendapat selamat sekalian muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Dan seorang muhajir ialah orang yang hijrah meninggalkan dari segala larangan Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim).

3. Berlaku tawadhu’ (merendahkan diri) kepada sesama saudara; jangan sekali-kali menyombongkan diri terhadap orang-orang di sekitarnya.

Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasannya Allah telah mewahyukan kepadaku bertawadhu’ (merendahkan diri) hingga tidak ada seorangpun yang menganiaya terhadap lainnya, dan tidak seorang yang menyombongkan dirinya terhadap yang lainnya.” (HR. Muslim).
4. Menghormati orang yang tua dan mengasihani orang-orang yang lebih muda.

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi kepada orang yang lebih kecil (muda) dan tidak mengetahui kewajibannya terhadap orang yang lebih besar (tua). Bukanlah termasuk golongan kami orang yang menipu kami. Seorang mu’min tidak/belum dikatakan beriman sehingga ia mencintai orang mu’min yang lain, seperti mencintai terhadap diri sendiri. (HR. Thabrani dan Dhamrah)

5. Menghadapi manusia dengan muka yang manis sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Senyumanmu (bermuka manis) untuk saudaramu adalah shadaqa, dan amar ma’rufmu serta nahi munkarmu juga shadaqah, dan memberikan petunjuk kepada laki-laki (atau kepada siapa saja) yang ada di bumi yang sedang sesat, bagimu merupakah shadaqah. Dan (apabila engkau suka) menyingkirkan batu atau duri atau tulang-tulang yang mengganggu jalan bagimu, merupakan shadaqah.” (HR. Bukhari)

6. Tidak mudah mendengar berita-berita buruk yang  disampaikan orang lain. Tentang keburukan dirinya, sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Tidak akan masuk syurga bagi orang senang adu domba”. (HR. Bukhari – Muslim dari Khudzaifah)

7. Memelihara kehormatan seseorang ,jiwa dan hartanya dari aniaya orang lain. Seorang muslim yang baik, apabila menemui orang-orang yang suka mengadu domba, janganlah ikut menyambung pembicaraan itu, sebaiknya bersikap diam, sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya dari belakang, niscaya Allah akan menutupi api neraka dari mukanya pada hari kiamat.” (HR. Thabrani)

8. Menempatkan seseorang pada tempatnya; menghormati dan memuliakannya secara peroporsional, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Tempatkanlah manusia di tempat mereka masing-masing” (HR. Abu Dawud)

9. Memasuki rumah seseorang dengan izin, jika tidak diizinkan tuan rumah hendaklah kembali dengan rela hati. Rasulullah SAW bersabda:“Meminta ijin masuk itu tiga kali, jika tidak diijinkan hendaklah kembali” (HR. Bukhari – Muslim)

Lingkungan ditengah pergaulan sosial

Peran masyarakat dalam memelihara lingkungan hidup amat besar yang secara moral perusak lingkungan patut mendapat sangsi sosial dan moral dengan memberikan nasihat-nasihat yang konstruktif dan membangun kebersamaan untuk menegakkan ketakwaan dan menjauhi permusuhan. Islam mengajarkan ihsan terhadap segala sesuatu.

Perkataan Ihsan yang berisikan al-Qur’an dan Hadits berkaitan dengan perbuatan baik kepada siapapun dan berkaitan dengan ajaran akhlak, bahkan menjadi tujuan utama ajaran Islam, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Bu’itstu li utammima makarim al-akhlaq” (HR. Al-Hakim).

Rasul mengingatkan umatnya sebagai berikut “Apabila engkau membunuh (dalam suatu peperangan), maka bunuhlah dengan cara yang baik dan apabila kau menyembelih (hewan) pun harus dengan cara yang baik pula”.

Bila berkaitan engan membunuh atau menyembelih harus dengan cara yang baik, maka ketika orang mengambil pohon pun harus dengan cara yang baik pula, seperti dengan mengambil yang perlu dan tidak merugikan orang lain atau generasi kedepan, walaupun milik sendiri.

Tidak diragukan lagi, remaja dan pemuda memiliki peranan yang sangat menentukan terhadap kelangsungan suatu negara, bangsa, maupun agama.

Sehingga al-Qur’an secara khusus menekankan, agar kita takut jika meninggalkan generasi di belakang kita dalam keadaan lemah. Baik lemah dalam pelaksanaan ibadah ritual, lemah intelektual, maupun lemah dalam hal moral spiritual.

Namun yang kita sayangkan akhir-akhir ini kita sedang dihadapkan kepada sebuah permasalahan yang membuat kita menjadi prihatin, yang masalah ini tiada lain adalah kenakalan remaja

Kenakalan remaja akhir-akhir ini menjadi semakin parah, mereka bukan lagi hanya sekedar berbuat kenakalan tetapi sudah masuk ke dalam tindak kejahatan (original crime).

Mereka bukan hanya sekedar mabuk-mabukkan, bolos sekolah, tawuran antar pelajar. Tetapi mereka sudah sampai terjerumus kedalam sindikat narkoba, prostitusi, bahkan tak segan-segan untuk membunuh orang-tuanya sendiri tanpa prikemanusiaan.

Inilah sebagian kecil realita kenakalan remaja yang kita hadapi akhir-akhir ini.

Kalau remaja dan pemuda kita sudah mampu memilah dan memilih antara yang hak dengan yang bathil, maka tidak mudah terjerumus ke dalam jurang kenistaan dan kemaksiatan.

Walau minum-minuman keras berlimpah ruah, walau pil-pil syetan mudah didapatkan, walau gadis cantik laksana bidadari turun dari syurga datang menggoda. Dia masih sanggup mengatakan: “saya takut kepada Allah”. Tidak sebaliknya, sekali digoda, langsung terlena.

Untuk mengatasi hal ini tidak lain kecuali harus membangun lingkungan yang sehat stereel dari pergaulan bebas dan budaya western yang merusak lingkungan dengan memberikan pencerahan keagamaan yang konprehensif kepada masayarakat luas sebagai bentuk kepedulian kepada pembangunan sosial yang bermartabat.

Peran pemuda dalam menjaga lingkungan

Keharusan kita mempersiapkan generasi yang berkualitas memang sudah diisyaratkan di dalam al-Qur’an, terdapat dalam surat al-Kahfi salah satu kisah yang terdapat di dalamnya adalah tentang sikap sekelompok pemuda yang istiqomah dalam mempertahankan kebenaran yang disebut dengan pemuda Ashhabul Kahfi .

Hal ini merupakan penghargaan Allah SWT,kepada pemuda berkualitas .Rasulullah SAW memiliki banyak sahabat yang lebih muda dari beliau, Ali bin Abi Thalib, Arqam bin Abi Al arqam, Usman bin Umair dan sebagainya sebagai generasi penerus yang diposisikan secara terhormat sebagai bentuk perhatian yang prosfektip.

Perhatian besar terhadap generasi muda, menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang sangat penting dan masa yag paling berharga dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bersama bagi kita untuk menghasilkan generasi muda yang berkualitas dan berakhlak mulia.

Yang menjadi masalah kita adalah bagaimana generasi yang harus kita bentuk itu. Paling tidak, ada 5 hal yang menjadi kriteria dari profil generasi muda yang berkualitas Islamy.

Pertama:
Generasi Islam yang diharapkan adalah generasi yang memiliki akidah yang kuat dan mantap, dengan akidah yang mantap dan kokoh, seorang muslim menjadi terikat kepada Allah SWT, yang membuatnya tidak berani menyimpan dari jalan dan  ketentuan Allah SWT dalam berbagai aspek kehidupan  Tegasnya, dengan akidah dan iman yang mantap kehidupan menjadi terarah dan itu pula sebabnya mengapa Rasulullah SAW melakukan pembinaan akidah terlebih dahulu kepada sahabat-sahabatnya meskipun beliau sebenarnya bertugas memperbaiki akhlak, karena dengan akidah atau iman yang kuat, akhlak pun akan menjadi baik.

Kedua:
Generasi Islam yang memiliki ilmu dan wawasan yang luas, baik yang menyangkut ilmu tentang masalah-masalah keagamaan maupun ilmu pengetahuan lainnya yang terkait dengan kehidupan di dunia ini.

Dengan ilmu dan wawasan yang luas  manusia menjadi tahu mana yang boleh dan yang tidak boleh untuk dijalani, Dengan begitu semua akan lebih mudah, sehingga hal-hal yang dulunya jauh dijangkau, kini menjadi cepat dan dekat, sementara yang dulu susah kini bisa diperoleh dengan mudah.

Ketiga:
Generasi yang memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran. Dalam upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara.

Dalam kehidupan masyarakat ,manusia-manusia terampil amat dinantikan kehadirannya dalam berbagai hal.

Oleh karena itu, setiap generasi Islam harus berupaya memiliki ketrampilan yang berguna bagi kemajuan umat dan kewajiban orang tua memberikan dukungan dan rangsangan ke arah itu.

Keempat:
Generasi yang memiliki tanggung jawab terhadap dakwah dan kehidupan saosial serta memiliki kemampuan dan keberanian melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan wawasan kebangsaan yang menjadi harapan masa depan dalam mewujudkan lingkungan yanmg sehat dan masayarakat yang agamis.

Kelima:
Generasi yang sadar diri,sadar posisi,sadar situasi dan sadar lingkungan ditengan pergaulan yang sarat dengan tantangan.

Penutup

Islam Agama yang membawa kedamaian,ketentraman dan kesejukan sebagai wujud Rahmatan lil Alamien mendorong ummatnya untuk menyebarkan nilai nilai keislaman dalam kehidupan sosial ditengan pergaulan yang majemuk.

Pergaulan yang sehat dipandang sebagai sesuatu yang positif dan perlu dibangun  sebagai bentuk pengembangan nilai  nilai sosial ditengah kemajmukan yang berakhlakul karimah.

Manusia adalah makhluk sosial yang menjunjung tinggi nilai nilai kebenaran dan menumbuh kembangkan cara bergaul yang sehat dan menghindari pergaulan yang sarat dengan keburukan yang membawa kepada kerusakan lingkungan.

Al Qur’an al karim dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan yang mewndorong kita untuk tetap menjaga lingkungan sehat dan memnciptakan suasana kondusip  yang jauh dari perbuatan hura hura dan tindakan tindakan anarkis.



Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar