Kisah Dalam Al-Quran


Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Bagi sebagian orang, membaca kisah itu selera. Ada yang suka dan ada yang tidak suka. Terlebih kisah dalam Al-Quran. Dianggap monoton, kurang menarik oleh kebanyakan orang. Sehingga banyak kaum muslimin terkesan mengacuhkan.

Padahal, salah satu metode yang Allah gunakan untuk menguatkan hati nabi dan kekasih-Nya yang paling Mulia, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melalui kisah.

Allah berfirman,

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Semua kisah dari para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Hud: 120)

Salah seorang ulama mengatakan,

الحكايات جند من جنود الله تعالى، يثبت الله بها قلوب أوليائه

“Kisah adalah salah satu pasukan Allah. Melalui kisah, Allah kuatkan hati para kekasih-Nya” (Shafahat min Shabr al-Ulama, hlm. 5)

Tapi mengapa kebanyakan kita kurang bisa mendapatkan pelajaran dari kisah-kisah al-Quran?
Jawabannya, karena kita masih jauh dari kriteria ulul albab (manusia sempurna akalnya) atau karena kita lebih menyukai kisah fiktif dari pada kisah nyata.
Allah jelaskan,

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi ulul albab (orang-orang yang mempunyai akal). Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman” (QS. Yusuf: 111).

Imam Abu Hanifah mengatakan,

الحكايات عن العلماء ومحاسنهم أحب الي من كثير من الفقه، لأنها آداب القوم

“Kisah tentang para ulama dan kebaikan mereka lebih saya sukai dari pada banyaknya fikih. Karena kisah mereka adalah adab perjalanan hidup masyarakat” (Shafahat min Shabr al-Ulama, hlm. 5)


Saatnya mengganti kisah fiktif dengan kisah nyata…



Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar