`AWAL MULA SHALAT 5 WAKTU`
Sebagaimana diketahui bahwa Nabiyullah Muhammad SAW menerima perintah shalat pada 27 Rajab tahun 11 kenabian atau 2 tahun sebelum Nabi berhijrah ke Madinah, shalat 5 waktu yang dilakukan adalah subuh, zuhur, ashar, maghrib dan isya…
Shalat yang wajib pertama kali adalah shalat malam, disebutkan di QS. Al-Muzammil ayat 1-19. Kemudian hukumnya menjadi sunah pada ayat ke-20, dikarenakan ada kepentingan-kepentingan manusia yang bisa menjadi halangan bagi pencapaian kekhusyuan shalat tersebut nantinya, seperti istirahat malam serta pencarian nafkah yang dilakukan paginya.
Maka setelah itu yang diwajibkan adalah shalat 5 waktu…
Dan waktu shalat sudah ditentukan oleh Allah dalam QS. Al-Isra : 78, “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
Ayat diatas menerangkan tentang waktu shalat, dimana saat matahari tergelincir adalah zuhur dan ashar, kemudian shalat yang dilakukan saat malam adalah maghrib dan isya, kemudian shalat subuh langsung disebutkan di ayat tersebut.
Menurut hadist nabi yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, ia bercerita, Suatu hari ketika Rasul Saw sedang berbincang-bincang dengan sahabat Anshar dan Muhajirin, datanglah seorang Yahudi dan menanyakan tentang sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kepada umat Islam.
Rasul mengatakan: “Shalat dzuhur dikerjakan setelah tergelincir matahari; Ashar adalah shalatnya nabi Adam ketika makan buah khuldi dan tobatnya diterima oleh Allah pada saat maghrib. Sedangkan isya adalah shalatnya para Rasul, dan shubuh sebelum terbit matahari.”
Sementara itu, dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa shalat 5 waktu yang dikerjakan oleh umat islam saat ini, berasal dari shalat para nabi terdahulu....
Shalat yang wajib pertama kali adalah shalat malam, disebutkan di QS. Al-Muzammil ayat 1-19. Kemudian hukumnya menjadi sunah pada ayat ke-20, dikarenakan ada kepentingan-kepentingan manusia yang bisa menjadi halangan bagi pencapaian kekhusyuan shalat tersebut nantinya, seperti istirahat malam serta pencarian nafkah yang dilakukan paginya.
Maka setelah itu yang diwajibkan adalah shalat 5 waktu…
Dan waktu shalat sudah ditentukan oleh Allah dalam QS. Al-Isra : 78, “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).”
Ayat diatas menerangkan tentang waktu shalat, dimana saat matahari tergelincir adalah zuhur dan ashar, kemudian shalat yang dilakukan saat malam adalah maghrib dan isya, kemudian shalat subuh langsung disebutkan di ayat tersebut.
Menurut hadist nabi yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, ia bercerita, Suatu hari ketika Rasul Saw sedang berbincang-bincang dengan sahabat Anshar dan Muhajirin, datanglah seorang Yahudi dan menanyakan tentang sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kepada umat Islam.
Rasul mengatakan: “Shalat dzuhur dikerjakan setelah tergelincir matahari; Ashar adalah shalatnya nabi Adam ketika makan buah khuldi dan tobatnya diterima oleh Allah pada saat maghrib. Sedangkan isya adalah shalatnya para Rasul, dan shubuh sebelum terbit matahari.”
Sementara itu, dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa shalat 5 waktu yang dikerjakan oleh umat islam saat ini, berasal dari shalat para nabi terdahulu....
Shubuh, manusia pertama yang melakukan shalat ini adalah nabi Adam As,
yaitu saat Adam diturunkan ke Bumi untuk menjadi khalifah (pengelola) di
muka bumi. Konon Adam megerjakan shalat dua rakaat, menjelang terbit
fajar. Rakaat pertama; sebagai tanda syukur karena terlepas dari
kegelapan malam. Sedangkan rakaat kedua, bersyukur atas datangnya siang.
Zhuhur, manusia yang pertama kali yang mengerjakan shalat ini adalah nabi Ibrahin As, saat Allah SWT memerintahkan kepadanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail As, dan Allah mengantikannya dengan seekor domba. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujud Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat. Rakaat pertama, adalah sebagai tanda bersyukur bagi penebusan, yang kedua adalah tanda syukur atas dihilangkannya kedukaan dari dirinya dan anaknya, ketiga tanda syukur atas keridhaan Allah, dan keempat tanda syukur karena Allah menganti tebusannya.
Ashar, manusia yang pertama kali melakukan shalat ashar adalah nabi Yunus, saat ia keluar dari perut ikan Nun (paus). Ikan nun mengeluarkan nabi Yunus dari perutnya ke tepi pantai, sedangkan waktu itu telah masuk waktu ashar. Maka, bersyukurlah nabi Yunus dan mendirikan shalat empat rakaat karena terhindar dari empat kegelapan. Rakaat pertama, kegelapan akibat kesalahan meninggalkan kaumnya, kedua, kegelapan malam dalam lautan, ketiga, kegelapan malam akibat berhari-hari lamanya di dalam perut ikan Nun, dan keempat kegelapan dalam perut ikan Nun.
Maghrib, manusia yang pertama mengerjakan shalat maghrib adalah nabi Isa As, yakni Allah SWT mengeluarkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenam matahari. Maka, nabi Isa bersyukur dan bersujud sebanyak tiga kali. Rakaat pertama adalah untuk menafikkan bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, kedua menafikkan zina yang dituduhkan atas ibunya, dan yang ketiga untuk meyakinkan kaumnya bahwa tuhan itu hanya satu dan bukan tiga.
Isya, manusia yang pertama melakukannya adalah nabi Musa As, ketika itu nabi Musa tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah swt menghilang kan semua perasaan duka citanya pada waktu malam. Lalu, shalatlah nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur. Rakaat pertama sebagai tanda duka cita terhadap istrinya, kedua sebagai tanda duka cita terhadap Fir’aun, yang ketiga tanda dukacita terhadap saudaranya Harun, dan yang keempat adalah tanda duka cita terhadap anak Fir’aun.
Wallahu’alam,
“Inna shalata tanha anil fakhsya’I wal mungkar…” QS. Al-Ankabut : 45)
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar"
Dirikanlah shalat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman - Qs. 4 an-nisaa? :103- 104.
Zhuhur, manusia yang pertama kali yang mengerjakan shalat ini adalah nabi Ibrahin As, saat Allah SWT memerintahkan kepadanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail As, dan Allah mengantikannya dengan seekor domba. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujud Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat. Rakaat pertama, adalah sebagai tanda bersyukur bagi penebusan, yang kedua adalah tanda syukur atas dihilangkannya kedukaan dari dirinya dan anaknya, ketiga tanda syukur atas keridhaan Allah, dan keempat tanda syukur karena Allah menganti tebusannya.
Ashar, manusia yang pertama kali melakukan shalat ashar adalah nabi Yunus, saat ia keluar dari perut ikan Nun (paus). Ikan nun mengeluarkan nabi Yunus dari perutnya ke tepi pantai, sedangkan waktu itu telah masuk waktu ashar. Maka, bersyukurlah nabi Yunus dan mendirikan shalat empat rakaat karena terhindar dari empat kegelapan. Rakaat pertama, kegelapan akibat kesalahan meninggalkan kaumnya, kedua, kegelapan malam dalam lautan, ketiga, kegelapan malam akibat berhari-hari lamanya di dalam perut ikan Nun, dan keempat kegelapan dalam perut ikan Nun.
Maghrib, manusia yang pertama mengerjakan shalat maghrib adalah nabi Isa As, yakni Allah SWT mengeluarkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenam matahari. Maka, nabi Isa bersyukur dan bersujud sebanyak tiga kali. Rakaat pertama adalah untuk menafikkan bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, kedua menafikkan zina yang dituduhkan atas ibunya, dan yang ketiga untuk meyakinkan kaumnya bahwa tuhan itu hanya satu dan bukan tiga.
Isya, manusia yang pertama melakukannya adalah nabi Musa As, ketika itu nabi Musa tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah swt menghilang kan semua perasaan duka citanya pada waktu malam. Lalu, shalatlah nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur. Rakaat pertama sebagai tanda duka cita terhadap istrinya, kedua sebagai tanda duka cita terhadap Fir’aun, yang ketiga tanda dukacita terhadap saudaranya Harun, dan yang keempat adalah tanda duka cita terhadap anak Fir’aun.
Wallahu’alam,
“Inna shalata tanha anil fakhsya’I wal mungkar…” QS. Al-Ankabut : 45)
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar"
Dirikanlah shalat, sungguh ini merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman - Qs. 4 an-nisaa? :103- 104.
Hai orang-orang
yang beriman, Rukuk dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, Berbuatlah
kebaikan, supaya kamu mendapatkan kemenangan - Qs. 22 al-hajj : 77.
Istilah
Shalat berasal dari kata kerja Shalaah (yang menyatakan suatu
perbuatan) dan orang yang melakukannya disebut Mushallin, sementara
pusat tempat melakukannya disebut Musholla. Kecuali bagi orang yang
mushollin (yang mengerjakan sholat) ? Qs. 70 al-Ma?arij : 22
Jadikanlah sebagian dari maqam Ibrahim itu musholla (tempat sholat) Qs. 2 al-Baqarah: 125. Sholat
merupakan suatu perbuatan memuliakan Allah yang menjadi suatu tanda
syukur kaum muslimin sebagai seorang hamba dengan gerakan dan bacaan
yang telah diatur khusus oleh Nabi Muhammad Saw yang tidak boleh dirubah
kecuali ada ketentuan-ketentuan yang memang memperbolehkannya[1].
Perintah
sholat sendiri sudah harus diperkenalkan sejak dini kepada generasi
muda Islam agar kelak dikemudian hari mereka tidak lagi merasa canggung,
malu atau malah tidak bisa melakukannya. Dari Amer bin Syuaib dari
ayahnya dari kakeknya, berkata : Rasulullah Saw bersabda : Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan sholat disaat mereka berumur 7
tahun dan pukullah mereka jika tidak mengerjakannya saat mereka berumur
10 tahun?. Hadis Riwayat Ahmad dan abu daud Perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan sholat ; dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya
- Qs. 20 thaahaa: 132.
Dari Hadis kita mendapati bahwa mendirikan
sholat sudah ditekankan mulai umur 7 tahun dan bila sampai usia 10 tahun
belum juga melaksanakannya maka kita seyogyanya mulai diberi penegasan
berupa pukulan sampai mereka mau mendirikannya. Tentu pukulan yang
dimaksud disini tidak dengan tujuan menyakiti apalagi sampai pada
tingkat penganiayaan, namun sekedar memberi pengajaran dan peringatan
agar mau dan tidak malas untuk sholat.
Bukankah secara paradoks siksa
Allah jauh lebih keras dari sekedar pukulan yang kita berikan dalam
rangka menyayangi anak-anak kita dan menghindarkan mereka dari azab
Allah ? Jagalah dirimu dari hari dimana seseorang tidak dapat membela
orang lain walau sedikitpun dan hari tidak diterima permintaan maaf
serta tidak ada tebusan baginya dan tidaklah mereka akan ditolong Qs. 2
al-Baqarah : 48.
Namun al-Quran juga disatu sisi tidak menjelaskan
secara detil sejak kapan dan bagaimana teknis pelaksanaan Sholat yang
diperintahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Meski demikian al-Quran
secara tegas menyatakan bahwa Shalat sudah dilakukan oleh umat-umat
sebelumnya, seperti perintah Shalat kepada Nabi Ibrahim dan anak cucunya: Kepada Nabi Syu'aib', Kepada Nabi Musa, dan kepada Nabi Isa al-masih.
Pernyataan
al-Qur?an tersebut dibenarkan oleh cerita-cerita yang ada dalam Kitab
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang mengisahkan tata cara beribadah
para Nabi sebelum Muhammad yaitu ada berdiri, ruku dan sujud yang jika
dirangkai maka menjadi Sholat seperti Sholatnya umat Islam. Segeralah
Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah Perjanjian Lama? Kitab
Keluaran 34:8 Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di
hadapan TUHAN yang menjadikan kita. Perjanjian Lama? Kitab Mazmur 95:6
Lalu sujudlah Yosua dengan mukanya ke tanah, menyembah Perjanjian Lama?
Kitab Yosua 5:14. Tetapi Elia naik ke puncak gunung Karmel, lalu ia
membungkuk ke tanah, dengan mukanya di antara kedua lututnya Perjanjian
Lama? Kitab I Raja-raja 18:42 Maka pergilah Musa dan Harun dari umat
itu ke pintu Kemah Pertemuan, lalu sujud. Kemudian tampaklah kemuliaan
TUHAN kepada mereka. Perjanjian Lama? Kitab Bilangan 20:6 Kemudian ia
menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya lalu ia
berlutut dan berdoa - Perjanjian Baru? Injil Lukas 22:41 Ia maju
sedikit, merebahkan diri ke tanah dan berdoa - Perjanjian Baru? Injil
Markus 14:35 Dari kenyataan ini, maka jelas bagi umat Islam bahwa Sholat
sudah menjadi suatu tradisi dan ajaran yang baku bagi semua Nabi dan
Rasul Allah sepanjang jaman, sebagaimana firman-Nya : Sebagai ketentuan
Allah yang telah berlaku sejak dahulu, Kamu sekalipun tidak akan
menemukan perubahan Bagi ketentuan ALLAH itu - Qs. 48 al-fath: 23
Kisah
perjalanan Nabi Muhammad mengarungi angkasa raya yang disebut dengan
istilah Isra? dan Mi?raj yang menceritakan awal diperintahkannya Sholat
kepada Nabi Muhammad sebagaimana terdapat dalam beberapa hadis yang
dianggap shahih atau valid oleh sejumlah ulama secara logika justru
mengandung banyak ketidaksesuaian dengan fakta sejarah dan ayat-ayat
al-Quran sendiri. Menurut hadits, Isra dan Mi'raj terjadi sewaktu
Khadijah, istri pertama Rasulullah wafat, dimana peristiwa ini justru
menjadi salah satu hiburan bagi Nabi yang baru ditinggalkan oleh sang
istri tercinta dan juga paman beliau, Abu Thalib dimana tahun ini
disebut dengan tahun duka cita atau aamul ilzan[6].
Sementara sejarah
juga mengatakan bahwa jauh sebelum terjadinya Isra' dan Mi'raj, Nabi
Muhammad dipercaya telah melakukan Sholat berjemaah dengan Khadijjah
sebagaimana yang pernah dilihat dan ditanyakan oleh Ali bin abu Thalib
yang kala itu masih remaja[7].
Logikanya perintah Sholat telah
diterima oleh Nabi Muhammad bukan saat beliau Isra? dan Mi?raj namun
jauh sebelum itu, apalagi secara obyektif ayat al-Qur?an yang
menceritakan mengenai peristiwa Mi?raj sama sekali tidak menyinggung
tentang adanya pemberian perintah Sholat kepada Nabi.[8]
Pada kedua
surah tersebut hanya menekankan cerita perjalanan Nabi tersebut dalam
rangka menunjukkan sebagian dari kebesaran Allah dialam semesta
sekaligus merupakan kali kedua bagi Nabi melihat wujud asli dari
malaikat Jibril setelah sebelumnya pernah beliau saksikan saat pertama
mendapat wahyu di gua Hira. Selain itu, diluar hadis Isra dan Mi'raj
yang menggambarkan Nabi memperoleh perintah Sholat pada peristiwa
tersebut, Imam Muslim dalam musnadnya ada meriwayatkan sebuah hadis lain
yang sama sekali tidak berhubungan dengan cerita Mi?raj namun disana
menjelaskan bagaimana Nabi mempelajari Sholat dari malaikat Jibril. Dari
Abu Mas?ud r.a. katanya : Rasulullah Saw bersabda : turun Jibril, lalu
dia menjadi imam bagiku Dan aku sholat bersamanya, kemudian aku sholat
bersamanya, lalu aku sholat bersamanya dan aku sholat bersamanya dan aku
sholat bersamanya Nabi menghitung dengan lima anak jarinya - Hadis
Riwayat Muslim[9]
Jika demikian adanya, bagaimana dengan kebenaran
hadis yang dipercaya oleh banyak orang bahwa perintah Sholat baru
diperoleh Nabi sewaktu isra? dan mi?raj ? Mungkin kedengarannya ekstrim,
tetapi meragukan atau malah menolak keabsahan validitas hadis-hadis
tersebut bukanlah perbuatan yang tercela apalagi berdosa, dalam hal ini
kita tidak menolak dengan tanpa dasar yang jelas, para perawi hadis
tetaplah manusia biasa seperti kita adanya, mereka juga bisa salah baik
disengaja apalagi yang tanpa mereka sengaja atau sadari, adalah
kewajiban kita untuk melakukan koreksi jika mendapatkan kesalahan pada
riwayat hadis yang mereka lakukan tentunya dengan tetap menjaga
kehormatannya dan berharap semoga Allah mengampuni kesalahannya.
Beberapa
kejanggalan variasi cerita Isra dan Mi'raj diantaranya sebut saja
kisah Nabi Muhammad dan Buraq ketika berhenti di Baitul maqdis dan
melakukan sholat berjemaah didalam masjidil aqsha bersama arwah para
Nabi sebelumnya, padahal sejarah mencatat bahwa masjid al-aqsha baru
dibangun pada masa pemerintahan Khalifah umar bin khatab tahun 637
masehi saat penyerbuannya ke Palestina yang mana notabene saat itu Nabi
Muhammad sendiri sudah cukup lama wafat, beliau wafat tahun 632 masehi.
Cerita
sholatnya Nabi Muhammad dan para arwah inipun patut mengundang
pertanyaan, sebab Nabi sudah melakukan sholat (menurut hadis itu malah
raka'atnya berjumlah 2) sehingga pernyataan Nabi menerima perintah
Sholat saat Mi'raj sudah bertentangan padahal kisah ini terjadi
detik-detik sebelum mi?raj itu sendiri. Belum lagi cerita sholatnya para
arwah Nabi pun rasanya tidak bisa kita terima dengan akal yang logis,
masa kehidupan mereka telah berakhir sebelum kelahiran Nabi Muhammad dan
mereka sendiri sudah menunaikan kewajiban masing-masing selaku Rasul
Allah kepada umatnya, perlu apa lagi mereka yang jasadnya sudah terkubur
didalam tanah itu melakukan sholat? Setelah selesai sholat berjemaah,
lalu satu persatu para arwah Nabi dan Rasul itu memberi kata sambutannya? sungguh suatu hal yang terlalu mengada-ada, karena jumlah mereka ada
ribuan yang berasal dari berbagai daerah dibelahan dunia ini, baik yang
namanya tercantum dalam al-Quran ataupun tidak[10], berapa lama waktu
yang habis diperlukan untuk mengadakan kata sambutan masing-masing para
arwah ini?
Jika dimaksudkan agar semua Nabi dan Rasul itu bertemu dan
bersaksi mengenai kebenaran Muhammad, ini dibantah oleh al-Quran sendiri
yang menyatakan bahwa pada masa kehidupan mereka dan pengangkatan
mereka selaku Nabi dan Rasul, Allah telah mengambil perjanjian dari
mereka mengenai akan datangnya seorang Rasul yang membenarkan ajaran
mereka sebelumnya lalu terdapat perintah tersirat agar mereka
menyampaikan kepada umatnya masing-masing : Dan ketika Allah mengambil
perjanjian terhadap para Nabi : Jika datang kepadamu Kitab dan Hikmah,
lalu datang kepada kamu seorang Rasul yang membenarkan apa-apa yang ada
tentang diri kamu, hendaklah kamu imani ia secara sebenarnya.? Dia
bertanya : Sudahkah kalian menyanggupi dan menerima perjanjian-Ku
tersebut ?? Mereka menjawab : Kami menyanggupinya !, Dia berkata : Saksikanlah! dan Aku bersama kamu adalah dari golongan mereka yang
menyaksikan !? - Qs. 3 ali imron: 81
Puncak kemustahilan cerita dari hadis-hadis mi?raj adalah saat Nabi Muhammad diberitakan telah bolak balik dari Allah ke arwah Nabi Musa untuk penawaran jumlah sholat yang semula 50 kali menjadi 5 kali dalam sehari semalam, apakah sedemikian bodohnya Nabi Muhammad itu sehingga dia harus diberi saran berkali-kali oleh arwah Nabi Musa agar mau meminta keringanan kepada ALLAH sampai 9 kali pulang pergi ? Tidakkah kekurang ajaran arwah Nabi Musa dalam cerita tersebut dengan menganggap Allah juga tidak mengerti akan kelemahan dan keterbatasan umat Nabi Muhammad sebab tanpa dipikir dulu telah memberi beban kewajiban yang pasti tidak mampu dikerjakan oleh mereka sehingga arwah Nabi Musa itu harus turut campur memberi peringatan kepada Allah dan Nabi Muhammad lebih dari sekali saja sebagai suatu indikasi israiliyat (hadis buatan orang-orang Israel atau Yahudi yang sengaja dibuat untuk tetap memuliakan Nabi Musa diatas yang lain)?
Apakah hadis-hadis yang demikian ini masih akan diterima dan
dipertahankan hanya untuk mempertahankan dalil turunnya perintah Sholat,
sementara al-Qur?an sendiri yang nilai kebenarannya sangat pasti justru
tidak berbicara apa-apa tentang hal tersebut ? Tidak diragukan bahwa
Nabi Muhammad pernah melakukan Isra? dan Mi?raj karena hal ini ada
didalam al-Quran dan bisa dianalisa secara ilmiah, tidak perlu diragukan
pula bahwa Sholat merupakan salah satu kewajiban utama seorang muslim
sebab inipun banyak sekali ayatnya didalam al-Quran dan hadis-hadis
lain, bahkan sholat merupakan tradisi yang diwariskan oleh semua Nabi
dan Rasul dalam semua jamannya. Hanya saja itu tidak berarti kaum
muslimin bisa menerima semua riwayat hadis yang isinya secara jelas
mempunyai pertentangan dengan al-Quran dan logika, sehingga akhirnya
hanya akan menyerahkan akal pada kebodohan berpikir, padahal Allah
sendiri mewajibkan manusia untuk berpikir dan berdzikir didalam membaca
ayat-ayat-Nya.
[1] Misalnya jika sakit boleh sholat dengan cara duduk, berbaring hingga hanya dengan kedipan mata saja
[2] Lihat surah 21 al-anbiya ayat 73 dan surah 19 Maryam ayat 55
[3] Lihat surah 11 Huud ayat 87
[4] Lihat surah 20 Thaahaa ayat 14
[5] Lihat surah 19 Maryam ayat 31
[6] Drs. Abu Ahmadi, Mutiara isra? mi?raj, Penerbit Bumi Aksara, hal. 27
[7] Muhammad Husain Haekal , Sejarah Hidup Muhammad, edisi besar, Penerbit Litera antarNusa, 1998, hal. 87 ? 88
[8] Lihat surah 17 al-israa ayat 1 dan surah 53 an-najm ayat 13 s/d 18
[9] Fachruddin HS, Terjemah Hadits Shahih Muslim III, Bagian ke-26, Waktu Sembahyang Fardu dan Kiblat, Penerbit Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal. 170
10] lihat surah 40 al-mu?min: 78 dan surah. 17 al-israa?: 15
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang diutuskan oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan kebenaran. Tidak seperti umat nabi-nabi yang lain, umat nabi Muhammad telah diperintahkan untuk mengerjakan solat 5 waktu setiap hari. Ini merupakan kelebihan dan anugerah Allah SWT terhadap umat nabi Muhammad dimana solat tersebut akan memberikan perlindungan ketika di hari pembalasan kelak. Berikut diterangkan asal-usul bagaimana setiap solat mula dikerjakan.
SUBUH :
Manusia pertama yang mengerjakan solat subuh ialah Nabi Adam a.s. iaitu ketika baginda keluar dari syurga lalu diturunkan ke bumi. Perkara pertama yang dilihatnya ialah kegelapan dan baginda berasa takut yang amat sangat. Apabila fajar subuh telah keluar, Nabi Adam a.s. pun bersembahyang dua rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur kerana baginda terlepas dari kegelapan malam.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana siang telah menjelma.
DZUHUR :
Manusia pertama yang mengerjakan solat Zohor ialah Nabi Ibrahim a.s. iaitu tatkala Allah SWT telah memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail a.s.. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.
Rakaat pertama: Tanda bersyukur bagi penebusan.
Rakaat kedua: Tanda bersyukur kerana dibukakan dukacitanya dan juga anaknya.
Rakaat ketiga: Tanda bersyukur dan memohon akan keredhaan Allah SWT.
Rakaat keempat: Tanda bersyukur kerana korbannya digantikan dengan tebusan kibas.
ASAR :
Manusia pertama yang mengerjakan solat Asar ialah Nabi Yunus a.s. tatkala baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan Nun. Ikan Nun telah memuntahkan Nabi Yunus di tepi pantai, sedang ketika itu telah masuk waktu Asar. Maka bersyukurlah Nabi Yunus lalu bersembahyang empat rakaat kerana baginda telah diselamatkan oleh Allah SWT daripada 4 kegelapan iaitu:
Rakaat pertama: Kelam dengan kesalahan.
Rakaat kedua: Kelam dengan air laut.
Rakaat ketiga: Kelam dengan malam.
Rakaat keempat: Kelam dengan perut ikan Nun.
MAGHRIB :
Manusia pertama yang mengerjakan solat Maghrib ialah Nabi Isa a.s. Yaitu ketika baginda dikeluarkan oleh Allah SWT dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenamnya matahari. Bersyukur Nabi Isa, lalu bersembahyang tiga rakaat kerana diselamatkan dari kejahilan tersebut yaitu:
Rakaat pertama: Untuk menafikan ketuhanan selain daripada Allah yang Maha Esa.
Rakaat kedua: Untuk menafikan tuduhan dan juga tohmahan ke atas ibunya Siti Mariam yang telah dituduh melakukan perbuatan sumbang.
Rakaat ketiga: Untuk meyakinkan kaumnya bahawa Tuhan itu hanya satu iaitu Allah SWT semata-mata, tiada dua atau tiganya.
ISYA' :
Manusia pertama yang mengerjakan solat Isyak ialah Nabi Musa a.s.. Pada ketika itu, Nabi Musa telah tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dadanya penuh dengan perasaan dukacita. Allah SWT menghilangkan semua perasaan dukacitanya itu pada waktu Isyak yang akhir. Lalu sembahyanglah Nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur.
Rakaat pertama: Tanda dukacita terhadap isterinya.
Rakaat kedua: Tanda dukacita terhadap saudaranya Nabi Harun.
Rakaat ketiga: Tanda dukacita terhadap Firaun.
Rakaat keempat: Tanda dukacita terhadap anak Firaun
0 Komentar:
Posting Komentar