Sabar Membawa Kebaikan

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Hendaknya dia menyadari akan dosa-dosanya, karena sesungguhnya Allah membuat musuh (dapat) mengganggumu disebabkan dosa yang kau perbuat. Sebagaimana Allah berfirman :

ما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أديكم ويعفو عن كثير


"Dan musibah apapun yang menimpa kalian maka itu disebabkan tangan-tanganmu." (Qs. Asy Syuro 30) (Jami'ul Masaail Ibnu Taimiyah,)
Allah Ta'ala, berfirman:

وَجَزٰٓؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا  ۖ  فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ ۥ  عَلَى اللَّهِ  ۚ  إِنَّهُ ۥ  لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِينَ


"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim." (QS. Asy-Syura 42: Ayat 40)


Terkadang pembalasan dendam malah menjadi sebab yang akan menambah kejahatan sang musuh terhadap dirinya. Hal ini juga justru akan memperkuat dorongan hawa nafsu serta menyibukkan pikiran untuk memikirkan berbagai bentuk pembalasan yang akan dilancarkan sebagaimana hal ini sering terjadi.

Apabila dirinya bersabar dan memaafkan pihak yang menzhaliminya, maka dia akan terhindar dari berbagai bentuk keburukan di atas. Seorang yang berakal, tentu tidak akan memilih perkara yang lebih berbahaya.

Betapa banyak pembalasan dendam justru menimbulkan berbagai keburukan yang sulit untuk dibendung oleh pelakunya. Dan betapa banyak jiwa, harta dan kemuliaan yang tetap langgeng ketika pihak yang dizalimi menempuh jalan memaafkan.

Allah Ta'ala,  berfirman:

وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ  ۚ  ادْفَعْ بِالَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ ۥ  عَدٰوَةٌ كَأَنَّهُ ۥ  وَلِىٌّ حَمِيمٌ


"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia." (QS. Fussilat 41: Ayat 34)

وَمَا يُلَقّٰىهَآ إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقّٰىهَآ إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ


"Dan (sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QS. Fussilat 41: Ayat 35)
Diriwayatkan dalam sebuah hadits,

إِذَا وَقَفَ الْعِبَادُ لِلْحِسَابِ يُنَادِي مُنَادٍ لِيَقُمْ مَنْ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ فَلْيَدْخُلِ الْجَنَّةَ، ثُمَّ نَادَى الثَّانِيةَ لِيَقُمْ مَنْ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ قَالُوا: وَمَنْ ذَا الَّذِي أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ فَقَامَ كَذَا وَكَذَا أَلْفًا، فَدَخَلُوا الْجَنَّةَ بِغَيرِ حِسَابٍ


“Ketika para hamba dikumpulkan untuk perhitungan amalan pada hari kiamat nanti, ada pemanggil yang memanggil mereka agar orang-orang yang pahalanya atas (tanggungan) Allah bangkit untuk memasuki surga. Kemudian panggilan kedua juga memanggil agar orang-orang yang pahalanya atas (tanggungan) Allah bangkit. Para hamba tersebut bertanya, “Siapakah orang-orang yang pahalanya atas (tanggungan) Allah?” Ia berkata, “Yaitu orang-orang yang suka memaafkan manusia.” Maka bangkitlah sekian ribu hamba untuk memasuki surga tanpa hisab.” (HR. Ibnu Abi Hatim)


عَنْ يَحْيَى بْنِ وَثَّابٍ عَنْ شَيْخٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الْمُسْلِمِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ».


“Yahya bin Watsab meriwayatkan dari seorang alim dari shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim, jika ia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” (HR. Tirmidzi)
Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar