Menuntut Ilmu Termasuk Ibadah Yang Utama

Menuntut ilmu adalah ibadah yang paling agung, paling utama, bahkan di dalam Alquran, Allah SWT telah menjadikan menuntut ilmu sebagai salah satu bentuk berjihad di jalan Allah, Allah berfirman, “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122)

Dhamir dari kata “liyatafaqqohu” kembali kepada kelompok yang tidak ikut berperang, agar mereka mendalami permasalahan agama, sehingga mereka bisa memberikan peringatan kepada kaumnya saat kembali kepada mereka, sehingga kaumnya merasa takut dan menjaga dirinya dari kemurkaan Allah.

DR, Bakr bin Abdullah dalam bukunya Hilyah Thalabil Ilmi mengatakan, pokok pangkal adab dalam menuntut ilmu, bahkan dalam semua hal yang di perintahkan, adalah pemahamanmu bahwa ilmu adalah ibadah. Karena itu, sebagian ulama berkata, “ilmu adalah shalat secara rahasia dan ibadah hati.”

Dewasa ini, semakin berkembangnya zaman, majunya teknologi banyak para pelajar yang kehilangan pokok pangkal menuntut ilmu itu. Sekolah tinggi tak menjadi acuan, suksesnya seseorang baik di dunia maupun di akhirat, bahkan semakin canggihnya teknologi semakin menjauhkan pemiliknya jauh dari adab.

Adapun realita hari ini ada seseorang yang mengaku dirinya berilmu tapi akhlaknya tidak tercemin dalam dirinya, bahkan rela mengorbankan akidahnya hanya karena tergiur dengan gemerlapnya dunia. Sungguh sangat disayangkan, karena kita ketahui akhlak adalah buah dari keimanan. Maka patut di pertanyakan keimanan seseorang, ketika ilmu itu tidak menjadikan pemiliknya semakin dekat kepada Allah. 

Oleh karena itu, hiasilah dirimu dengan selalu merasa diawasi Allah, baik dalam keadaan tampak maupun tersembunyi, seraya berjalan  menuju Tuhanmu diantara rasa khauf (takut) dan raja (harap), karena keduanya ibarat dua sayap burung bagi seorang mukmin.

Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa yang di kehendaki baik oleh Allah, niscaya Allah akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” [Hadist ini dilansir Imam Ahmad (16780), Bukhori (71), Muslim (37), Ibnu Majah (22/221), dari Muawiyah Radhiayallahu ‘anhu.]

Jika Allah mengkaruniakan pemahaman agama kepadamu –yang dimaksud pemahaman di sini adalah pengetahuan tentang syariat, termasuk di dalamnya ilmu akidah, tauhid dan lain sebagainya- jika engkau merasa bahwa Allah memberikan hal ini kepadamu, maka,  berbahagialah,  sesungguhnya Allah telah menghendaki kebaikan atas dirimu.
 
Imam ahmad berkata, “ilmu tidak akan bisa dibandingkan dengan apa pun, bagi orang yang tulus niatnya.” Mereka bertanya “bagaimana niat yang benar itu, wahai Abu Abdillah? Imam Ahmad menjawab, “ ia berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang-orang di sekitarnya
.

Jika ilmu telah kehilangan keikhlasan niat, niscaya ia akan berubah dari ketaatan yang paling utama menjadi kedurhakaan yang paling hina. Tidak ada hal yang akan menghancurkan ilmu kecuali sifat riya; baik riya syirik maupun riya ikhlas, kemudian sum’ah yaitu dengan berkata “agar di dengar orang lain”, “aku tahu ini aku hafal ini…”

Seorang penuntut ilmu wajib membersihkan dirinya dari semua hal yang bisa mengotori niatnya dalam pencarian yang sejati. Jadi jika niatnya sudah tulus karena mengharap ridho Allah maka ia akan bernilai ibadah.
Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar