Sifat "QANA'AH" yang Harus Dimiliki Dalam Kehidupan Suami-Istri




Dalam kehidupan Suami-Istri, sikap Qana'ah atau saling menerima apa adanya, juga dalam hal masalah kebendaan (duniawi) sangat dibutuhkan.

Terutama bagi seorang istri tanpa adanya sifat qana'ah maka bisa dibayangkan bagaimana susahnya seorang suami. Setiap tiba dirumah maka yang terdengar adalah keluhan-keluhan, belum punya ini belum punya itu, ingin beli perhiasan, pakaian baru, sepatu baru, jilbab baru, perkakas rumah tangga, furniture, dan lain-lainnya.

Alhamdulillah bila sang suami memiliki banyak harta apabila tidak maka yang terjadi adalah pertengkaran dan perselisihan melihat kedudukan suami dengan sebelah mata karena gaji yang kecil. Terkadang keluar keluhan bila si Fulan bisa mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar mengapa engkau tidak? sehingga impian membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warrahmah semakin jauh. Hati menjadi resah dan gundah lalu hilanglah rasa syukur, baik kepada suami maupun kepada Allah.

Bila hal ini sudah menimpa pada seorang istri maka waspadalah ya ukhti, sesungguhnya engkau telah membebani suamimu diluar kemampuannya. Engkau telah membuatnya terlalu sibuk dengan dunia untuk memenuhi segala keinginanmu.

Berapa banyak kaum suami yang meninggalkan majelis ilmu syar’i demi mengejar uang lemburan? sebelum menikah rajin datang ke tempat majelis ilmu setelah menikah jarang terlihat lagi, mungkin tadinya datang setiap minggu sekarang frekuensinya menjadi sebulan dua kali atau sekali bahkan mungkin tidak datang lagi!!! Atau berapa banyak kaum suami yang rela menempuh jalan yang diharamkan Allah Ta’ala demi membahagiakan sang istri tercinta. Yang terakhir ini banyak ditempuh oleh para suami yang minim sekali ilmu agamanya sehingga demi ”senyuman sang istri” rela ia menempuh jalan yang dimurkai-Nya. Wal’iyyadzu billah.

Para istri, engkau adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi ini. Maka jadilah wanita dan istri yang shalihah, itu semua bisa dicapai bila engkau mampu mengendalikan hawa nafsumu, bergaul hanya dengan kawan-kawan yang shalihah dan berilmu, dan tutuplah matamu bila engkau melihat sesuatu yang tidak mungkin bisa engkau raih, lihatlah kebawah masih banyak yang lebih menderita dan lebih miskin hidupnya dibandingkan engkau. Maka akan kau temui dirimu menjadi orang yang mudah mensyukuri nikmat-Nya. Sifat qana’ah ibarat mutiara yang terpendam di bawah laut, barangsiapa yang bisa mengambilnya dan memilikinya maka beruntunglah ia.

Seorang istri yang memiliki sifat qana’ah ini maka dapat membawa ketentraman dan kedamaian dalam rumah tangganya. Suami merasa sejuk berdampingan denganmu, rasanya akan enggan ia menjauh darimu. Betapa bahagianya para suami yang memiliki istri yang qana’ah, para istri bisa memiliki sifat ini bila ia mau berusaha sekuat tenaga dan berdo’a kepada Allah semata.


Manusia seringkali merasa lupa atas segala nikmat yang telah dilimpahkan oleh Allah SWT. Kebanyakan dari manusia tersebut melupakan dan bahkan selalu merasa kurang atas segala apa yang telah ia miliki, sehingga dirinya pun seringkali diliputi perasaan iri dan dengki atas nikmat yang didapatkan oleh orang lain tersebut. Hal ini tentunya adalah merupakan kecenderungan manusia yang selalu tidak akan merasa puas dengan apa yang dimilikinya.

Padahal, jika kita mau mensyukuri apa yang ada pada diri kita , terlebih lagi jika kita bisa memahami bahwa seluruh yang ada di dunia ini itu hanyalah titipan dan cobaan Allah SWT semata, maka niscaya kita pun akan bisa untuk lebih bersikap bijak dalam hal berfikir dan otomatis hati ini akan terasa tenang dalam menghadapi berbagai gejolak kehidupan.

Qanaah ini seharus-nya menjadi sifat dasar bagi setiap umat muslim, sebab sifat Qanaah tersebut mampu menjadi pengendali agar tidak surut dalam mengambil keputusan dan tidak terlalu maju (menggebu-gebu) dalam keserakahan. Qanaah ini bukan berarti hidup bermalas-malasan, dan tidak mau berikhtiar (berusaha) sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru, orang yang mempunyai sifat Qanaah ini akan selalu giat berusaha dan bekerja. Namun, apabila hasilnya itu tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka dengan besar hati ia pun akan tetap rela menerima hasil tersebut dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT. Nah… Sikap yang demikian ini yang akan mampu mendatangkan rasa penuh ikhlas dalam kehidupannya dan niscaya dengan sifat Qanaah ini kita akan jauh dari sifat Tamak.

Qanaah menurut bahasa artinya adalah “merasa cukup”. Adapun menurut istilah, Qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah SWT kepada kita sehingga kita pun mampu menjauhkan diri dari berbagai sifat tamak tersebut. Dalam artian sifat Qanaah ini diperoleh berdasarkan pemahaman bahwasanya segala rezeki yang kita dapatkan ini adalah sudah menjadi ketentuan Allah SWT.

Baginda Rasulullah SAW, bersabda:

“Jadilah kalian orang yang Wara’, (maka) dengan demikian kalian akan menjadi orang yang lebih (dalam) beribadah. Jadilah kalian orang yang bersikap Qanaah, maka dengan demikian kalian (akan) menjadi manusia yang lebih banyak bersyukur kepada sesama manusia” (HR. Al-Baihaqi).



Berikut ini adalah Cara Menggapai Sifat Qanaah:

1. Dengan Memperkuat Keimanan Kita Kepada Allah SWT.

Dengan memperkuat dan mempertebal keimanan kita pada Allah SWT, maka kita otomatis akan mampu mengurangi rasa tamak pada dunia dan seisinya ini. Tingkat keimanan seseorang pada Allah SWT akan berbanding lurus dengan sikap Qanaahnya (semakin tinggi tingkat keimanan seseorang tersebut, maka semakin memuncak pula tangga Qanaahnya tersebut).

2. Dengan Merenungi Ayat-Ayat Al-Qur’an

Hal ini sangat penting untuk menambah tingkat Qanaah, terutama mengkaji dan merenungi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan masalah rezeki dan usaha, sebagaimana Firman Allah SWT:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Apa saja yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada (seorang pun) yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada (seorang pun) yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah (Allah SWT) Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana” (QS. Fatir: 2).

3. Meyakini Bahwa Setiap Rezeki Sudah Ada Alamatnya

Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya yakin bahwa rezeki kita sudah tertulis sejak diri kita berada dalam kandungan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda:

”Kemudian Allah SWT mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat, lalu ia diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan). Maka, ditulislah : “Rezekinya”, “Ajalnya”, “Amalnya”, “Celaka dan Bahagianya”.“ (HR. Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

4. Sering Memohon Untuk Diberikan Sifat Qanaah kepada Allah SWT

Baginda Rasulullah SAW adalah manusia paling Qanaah, Beliau adalah manusia yang paling Ridha dengan apa yang ada, dan Beliau yang paling banyak Zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya. Akan tetapi demikian, Beliau masih meminta kepada Allah SWT supaya Beliau diberikan sifat Qanaah, sebagaimana beliau berdoa:

“Ya.. Allah.., berikanlah aku sikap Qanaah terhadap apa yang Engkau rezekikan kepadaku, berikanlah pemberian itu dan gantilah dari sehala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik” (HR. Al-Hakim, Beliau menshahihkannya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi).


5. Mengetahui Hikmah Perbedaan Rezeki

Diantara hikmah perbedaan rezeki pada manusia adalah supaya terjadi dinamika kehidupan manusia di muka bumi. Antara si kaya dan si miskin akan terjadi saling tukar manfaat, tumbuh aktivitas perekonomian, dan berinteraksi saling membantu. Allah SWT berfirman:

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu…? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (Q.S. Az-Zuhkruf : [32]).

6. Menyadari Bahwa Rezeki Tidak Diukur Dengan Kepandaian

Kita haruslah menyadari betul bahwasanya rezeki seseorang itu tidak hanya tergantung pada kecerdasan akal semata. Dan rezeki itu juga bukan hanya bergantung pada banyaknya aktivitas dan keleluasan ilmu saja, ya… meskipun hal itu merupakan salah satu penyebabnya. Akan tetapi, Kesadaran mengenai hal ini tentunya akan menjadikan seseorang tersebut bersikap Qanaah, terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, ketika melihat yang lebih rendah pendidikannya dan bahkan tidak mempunyai pengalaman sedikitpun, namun mampu mendapatkan rezeki lebih banyak darinya. Sikap ini tidak akan memunculkan kedengkian.

7. Melihat Ke Bawah Dalam Hal Dunia

Dalam urusan dunia, hendaknya kita melihat kepada yang lebih rendah, tidak melihat kepada yang lebih tinggi. Sebagaimana Baginda Rasulullah SAW bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah (kamu) melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Hal yang demikian lebih layak agar kalian itu tidak meremehkan nikmat Allah SWT” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

8. Membaca Kehidupan Para Salaf

Maksudnya adalah kita melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi kehidupan dunia ini, bagaimana menyikapi kezuhudan dan sikap Qanaah mereka terhadap apa yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Diantara mereka ada yang memperoleh harta melimpah, Namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih membutuhkan.

9. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta

jika harta ini tidak diperoleh dan dibelanjakan dengan cara baik menurut syariat Islam, maka harta ini akan mengakibatkan keburukan dan mengakibatkan bencana bagi si pemiliknya. Ketika seorang hamba ditanya tentang umur, badan, dan ilmunya, maka ia hanya akan ditanya dengan satu pertanyaan, yakni : Untuk apa?. Adapun mengenai Harta, maka ia akan ditanya dua kali, yakni: Dari mana memperolehnya dan kemana membelanjakannya?.

Saudaraku, Hal ini telah menunjukkan betapa beratnya hisab orang yang diberi amanah harta yang banyak tersebut, sehingga dia harus dihisab lebih lama dibandingkan orang yang lebih sedikit hartanya.

10. Orang Fakir dan Kaya Sama Saja Di Sisi Allah SWT

Tak ada perbedaan antara orang yang kaya dan miskin. Sebab, orang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu. Dia tidak makan kecuali sebanyak yang dimakan orang kafir. Bahkan jika Allah berkehendak bisa jadi orang fakir makan lebih banyak. Andaikan orang kaya memiliki seratus potong baju, dia juga hanya akan memakai sepotong saja, sama dengan yang dipakai oleh orang Fakir.

Semoga kita menjadi orang yang diberikan oleh Allah sifat Qanaah tersebut. Aamiin!


Berbagi ke Google+

About Unknown

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Komentar:

Posting Komentar